CILEGON, KBN.Com – Di balik senyum ramah dan sikap lembutnya, Euis Susanti menyimpan kisah perjuangan dan dedikasi yang tak biasa. Tepat di hari ulang tahunnya Ke-46, Lurah Kelurahan Ramanuju itu berbagi makna mendalam tentang kehidupan, tugas, dan peran sebagai seorang perempuan, ibu, sekaligus pemimpin di tengah masyarakat.
“Ulang tahun bagi saya bukan sekadar bertambahnya usia,” ucap Euis penuh ketulusan. “Ini tentang bagaimana kita bersyukur atas hidup yang Allah beri. Tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan sebaik-baiknya, serta memanfaatkan waktu untuk berbuat hal yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.”
Kalimat itu bukan sekadar kata. Ia menjalani perannya sebagai lurah selama lebih dari satu tahun lima bulan dengan penuh totalitas. Bagi Euis, momen paling membahagiakan dalam hidupnya adalah saat ia mampu membuat orang lain tersenyum.
“Ketika melihat orang lain bahagia karena kehadiran kita, di situlah hidup menjadi lebih bermakna,” tuturnya lirih namun pasti.
Doa Ibu dan Keteguhan Hati
Namun, semua pencapaian itu tidak datang begitu saja. Di balik kesuksesan Euis, ada satu kekuatan besar yang terus mengiringinya: doa orang tua, terutama sang ibu.
“Saya bisa seperti ini karena doa. Doa orang tua, terutama ibu saya. Di tengah perjuangan yang melelahkan, mereka adalah kekuatan saya. Ditambah lagi, dukungan dari anak dan suami yang selalu membuat saya kuat,” ungkapnya sambil tersenyum haru.
Tak hanya sebagai pemimpin, Euis juga tetap menjaga perannya sebagai ibu rumah tangga. Meski waktu untuk keluarga terbatas karena tuntutan sebagai ASN, ia tetap menyisihkan waktu meski hanya sesaat.
“Satu hingga dua jam bersama mereka, tapi penuh makna. Itu sudah cukup membuat mereka merasa dicintai dan dimengerti.”
Membangun dari Keterbatasan
Selama menjabat, ia telah banyak menorehkan prestasi kecil namun berarti, terutama dalam menghadirkan program-program yang menyentuh masyarakat bawah. Menurutnya, Kelurahan Ramanuju telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam lima tahun terakhir.
“Dari fasilitas yang kian membaik, hingga hadirnya ruangan baru untuk pelayanan masyarakat. Dulu sempit sekali, tapi sekarang sudah mulai tertata. Kita harus terus optimis,” ucapnya penuh harap.
Namun di balik pembangunan fisik, ada tantangan sosial yang juga dihadapi: keberadaan praktik negatif seperti "kupu-kupu malam".
“Karena wilayah kami di tengah kota, tentu tantangannya beragam. Tapi kami terus berupaya melakukan pembubaran kegiatan negatif ini secara berkala. Ini demi menjaga citra positif kelurahan,” tegasnya.
Sumber Inspirasi: Sang Ibu
Di balik ketangguhan Euis, ada satu sosok yang menjadi panutan sekaligus inspirasi hidupnya: sang ibu.
“Ibu saya adalah segalanya. Di usia beliau yang sudah lebih dari 70 tahun, beliau masih aktif, masih ingat nama-nama orang di sekitar. Itu luar biasa bagi saya. Saya saja kalah hafal,” kisahnya dengan mata berbinar.
Pesan untuk Generasi Muda
Menutup percakapan, Euis menyampaikan pesan hangat untuk anak-anak muda Cilegon:
“Mari kita berkolaborasi. Bangun kegiatan positif, libatkan diri untuk hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Anak muda adalah masa depan kota ini.”
Sosok Euis Susanti bukan hanya pemimpin administratif. Ia adalah perempuan, istri, ibu, sekaligus pejuang dalam diam—yang menjadikan setiap doanya sebagai bahan bakar untuk terus melayani dan memberi makna bagi sesama.
(Rizky / Red*)
إرسال تعليق