Opini: Ketika Elitisme Runtuh, Ruang Publik Tumbuh


Oleh: Hasidi, S.Pdi | Warga Cilegon


Dulu, siapa yang tidak kenal Krakatau Junction? Di masanya, pusat perbelanjaan ini menjadi simbol kemewahan di jantung kawasan industri Cilegon. Ia berdiri megah sebagai etalase kejayaan PT Krakatau Steel (KS), perusahaan pelat merah yang kala itu dianggap raksasa industri nasional.


Namun, seperti pepatah lama, "kejayaan ada masanya." Hari ini, Krakatau Junction bukan lagi mal elite. Ia bukan lagi tempat para pejabat perusahaan dan keluarganya bersantai di akhir pekan. Bangunan itu telah kehilangan fungsi komersialnya seiring dengan menurunnya performa ekonomi Krakatau Steel yang bahkan sempat masuk pusaran krisis keuangan.


Lalu, apakah Krakatau Junction mati?


Tidak. Ia justru hidup dengan cara yang baru. Kini, kawasan itu menjadi ruang publik. Setiap pagi dan sore, warga dari berbagai latar belakang—bukan hanya elit industri—datang untuk berolahraga, bersenam, atau sekadar menikmati udara sore. Fasilitas yang dulu hanya bisa dinikmati segelintir orang, kini terbuka untuk semua. Bahkan sebagian area telah beralih fungsi menjadi kantor Imigrasi Cilegon, menambah nilai guna kawasan tersebut sebagai bagian dari pelayanan masyarakat.


Inilah ironi yang menyenangkan. Ketika elitisme runtuh, yang tumbuh justru semangat kebersamaan. Krakatau Junction memberi pelajaran bahwa sebuah ruang tidak harus selamanya dimonopoli oleh kemewahan. Ia bisa berubah menjadi tempat yang lebih bermakna, ketika dinikmati bersama.


Cilegon sedang bergerak—dari kota industri menjadi kota komunitas. Dan Krakatau Junction adalah simbol kecil dari transformasi besar itu.



Cilegon, 18 Mei 2025

Redaksi | KBN.Com

Post a Comment

أحدث أقدم