SERANG, KBN.Com – Pada malam yang penuh gemerlap di Hotel Ultima Ratu, Serang, Jumat 16 Mei 2025, Kota Cilegon kembali menorehkan tinta emas di ajang Pemilihan Kang Nong Banten. Dari deretan finalis muda yang beradu gagasan dan pesona budaya dan Pariwisata, nama Nong Ratu Inayah melesat ke puncak. Ia resmi dinobatkan sebagai Nong Banten 2025, mengungguli puluhan peserta dari kabupaten dan kota lain di Provinsi Banten.
Tak sendiri, Cilegon mengirim enam finalis terbaik—tiga Kang dan tiga Nong. Tiga di antaranya berhasil masuk 10 besar: Kang Akif, Nong Nela, dan Nong Ratu. Bahkan dua lainnya mengukir prestasi tak kalah membanggakan: Kang Akif meraih Juara Harapan I dan Nong Nela Juara Harapan II.
Namun, di balik sorak dan sorotan kamera, kemenangan ini bukan sekadar soal gelar. Ia adalah buah dari perjalanan panjang dan kolaborasi yang nyaris tak terlihat. Pemerintah Kota Cilegon melalui Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar), bersama Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, memainkan peran penting sejak tahap seleksi lokal. Pendampingan intensif, pelatihan mental dan komunikasi, hingga pemahaman budaya disusun rapi demi membekali para duta muda ini.
“Ini kemenangan bersama. Hasil dari kerja kolektif yang tak bisa dilihat hanya dari satu momen di atas panggung,” ujar Wawan Ihwani, Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disporapar Cilegon, Sabtu malam, 17 Mei 2025
Ia menyampaikan terima kasih kepada para narasumber, sponsor, dan donatur yang ikut menopang proses pembinaan. Harapannya jelas: agar sinergi ini berdampak nyata bagi pariwisata dan ekonomi kreatif di kota industri tersebut.
Lebih dari sekadar ajang kecantikan atau kepribadian, Kang Nong hari ini adalah wajah baru diplomasi budaya. Mereka bukan hanya mengenakan pakaian adat, tetapi juga menyuarakan identitas kota di tengah arus digitalisasi. Dengan penguasaan media sosial dan narasi visual, para finalis diharapkan menjadi ujung tombak promosi destinasi wisata dan pelaku ekonomi kreatif berbasis digital.
Namun, kemenangan ini juga menyimpan catatan kritis. Ketua Paguyuban Kang Nong Cilegon, Hadi Hazmudin, menekankan bahwa perhatian pemerintah tidak boleh berhenti pada seremoni. “Ajang seperti ini harus punya keberlanjutan. Alumni Kang Nong butuh akses pendidikan dan ruang kerja agar mereka tetap relevan dalam pembangunan daerah,” ujarnya.
Hadi juga menyoroti pentingnya alokasi anggaran dari APBD untuk pembinaan generasi muda melalui ajang-ajang budaya semacam ini. Menurutnya, kontestasi Kang Nong bukan sekadar kompetisi, tetapi ruang ekspresi dan aktualisasi nilai-nilai karakter anak muda Cilegon di tengah tekanan globalisasi.
Cilegon kini tidak hanya dikenal sebagai kota baja, tapi juga kota dengan etalase budaya yang hidup. Lewat prestasi Nong Ratu dan rekan-rekannya, wajah Cilegon tampil lebih muda, segar, dan percaya diri.
Dan di balik selempang dan mahkota, terselip satu pesan: membangun kota tak cukup dengan baja dan semen. Diperlukan juga narasi, identitas, dan manusia-manusia muda yang berani bicara tentang masa depan.
(Red*)
إرسال تعليق