SERANG, KBN.Com – Usianya baru 19 tahun, namun keberanian dan tekad Indah Sastia Putri sudah melampaui banyak remaja sebayanya. Mahasiswi semester empat Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) ini kini mengemban peran sebagai Duta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), setelah sebelumnya terpilih sebagai Abah-Ambu di tingkat jurusan.
“Sebetulnya di jurusan aku itu ada pemilihan Duta Jurusan, tapi disebutnya Pemilihan Abah Ambu. Alhamdulillah, aku terpilih dan kemudian jadi delegasi untuk ke tingkat fakultas,” tutur Indah kepada KBN.Com, Minggu, 18 Mei 2025.
Awal Mula: Keinginan untuk Berani Tampil
Indah mengaku motivasinya sederhana: ingin memiliki keberanian untuk tampil di hadapan publik. Ia sadar, kemampuan berbicara di depan umum adalah bekal penting yang tak bisa diabaikan dalam kehidupan dewasa.
“Jadi duta itu murni keinginan aku sendiri, nggak ada paksaan dari siapa pun,” ungkapnya.
Proses pemilihan duta tidak serta-merta mudah. Dimulai dari tahap technical meeting hingga pembekalan, para finalis mendapatkan materi seputar dunia kedutaan, etika (manner), hingga public speaking.
“Semua proses itu benar-benar ngebentuk mental aku,” tambah Indah.
Peran dan Tantangan Sebagai Duta
Sebagai duta fakultas, Indah menjadi representasi institusi dalam berbagai kegiatan. Ia kerap hadir sebagai pembawa acara (MC) dalam seminar, workshop, rakernas, dan ramadhan di kampus.
Namun, perjalanannya tak selalu mulus. Tantangan justru datang dari komentar negatif yang menyangsikan keikutsertaannya.
“Banyak yang bilang aku nggak pantas daftar duta. Tapi aku belajar buat nggak ambil pusing. Aku fokus melakukan apa yang menurut aku baik, bukan yang mereka anggap baik,” katanya mantap.
Justru, ujaran merendahkan itu menjadi motivasi tambahan bagi Indah untuk terus membuktikan dirinya.
Menjalin Relasi, Menyebarkan Inspirasi
Salah satu hal yang paling Indah syukuri adalah kesempatan bertemu banyak teman dari berbagai jurusan.
“Relasi itu penting banget. Kita jadi belajar jaga attitude dan membangun silaturahmi,” ungkapnya.
Tak hanya di dalam kampus, peran duta juga merambah ke luar. Indah dan rekan-rekannya aktif menjalankan program seperti “Duta Goes to School 2025” dan “Ramadhan di Kampus 2025”, di mana mereka membagikan informasi seputar dunia perkuliahan ke siswa-siswa sekolah.
“Duta itu bukan cuma soal tampil. Tapi juga soal menyampaikan informasi pendidikan, membangun citra positif kampus, dan menjalin hubungan baik dengan komunitas luar,” jelasnya.
Menjadi Diri yang Lebih Berani
Bagi Indah, menjadi duta adalah perjalanan mengasah diri. Ia belajar tampil percaya diri, mulai berani bicara di depan umum, bahkan kini lebih mantap saat presentasi di kelas.
“Dulu aku cuma punya keberanian kecil buat mulai sesuatu. Tapi setelah mencoba, ternyata aku bisa,” kenangnya.
Meski sibuk dengan kegiatan duta, Indah tetap menjaga akademiknya. Ia terus berupaya mempertahankan IPK agar tetap stabil.
Harapan untuk Generasi Selanjutnya
Menutup kisahnya, Indah menitipkan harapan bagi generasi penerus.
“Semoga mereka bisa menjaga amanah dan jadi lebih kuat. Proses itu pasti berat, tapi kita bisa lewati,” katanya.
Jika diberi kesempatan mengulang masa jabatannya, Indah ingin lebih banyak berkolaborasi dengan organisasi kampus maupun sekolah, agar dampak yang diberikan tidak hanya terpusat pada program yang telah dirancang.
“Pesan aku untuk duta selanjutnya: jadilah duta yang berdampak, bukan hanya ingin terlihat. Siapkan mental, kemampuan komunikasi, dan yang paling penting, attitude,” pungkasnya.
Redaksi | KBN.Com
🥹🥹🥹
ردحذفإرسال تعليق