CILEGON, KBN.Com - Alih-alih meraung-raungkan gas sepeda motor dalam konvoi kelulusan yang kerap berujung ricuh, puluhan siswa SMK Maulana Hasanuddin, Kota Cilegon, menempuh jalur yang jauh berbeda: menyusuri jalan-jalan kota untuk membagikan nasi bungkus kepada mereka yang kerap luput dari sorotan—pedagang kaki lima, tukang becak, hingga lansia yang bergelut dengan kerasnya hidup.
Pada Jumat, 23 Mei 2025, di bawah terik mentari, para siswa yang tergabung dalam Ambalan Pramuka sekolah itu menyebar ke sejumlah titik. Dengan seragam Pramuka yang mereka kenakan bangga, mereka membagikan sejumlah bungkus makanan kepada warga kurang mampu. Tidak ada sorak-sorai, tidak pula cat semprot di seragam. Hanya senyum, dan tangan-tangan yang bersalaman dalam diam.
“Kami ingin merayakan kelulusan dengan cara yang lebih bermakna,” ujar M. Fajri Aminudin, Ketua Ambalan Pramuka SMK Maulana Hasanuddin. “Kami bersyukur, dan ingin rasa syukur itu sampai ke lebih banyak orang.”
Dari Kas Ambalan, Untuk Rakyat Kecil
Kegiatan ini bukan ilham sesaat. Sejak pengumuman kelulusan disampaikan sebulan lalu, para siswa langsung membentuk kepanitiaan. Dana dikumpulkan dari kas Ambalan dan sumbangan sukarela para anggota. Tidak mudah, sebab sebagian besar siswa sudah mulai bekerja atau tengah sibuk mendaftar ke perguruan tinggi.
“Kami harus tetap solid meski sudah lulus. Ini tentang komitmen,” ujar Rosme Dilawati, panitia kegiatan. “Dan kami yakin, kebaikan harus tetap berjalan meski masa sekolah telah usai.”
Penerima Manfaat: “Anak-anak Ini Membawa Harapan”
Respons masyarakat? Hangat, bahkan mengharukan. Maman, 47 tahun, tukang ojek yang menerima satu bungkus nasi, matanya berkaca-kaca. “Bangga saya. Anak-anak muda ini punya hati. Nggak cuma mikir senang-senang doang.”
Amin, 48 tahun, pedagang kaki lima yang kesehariannya mangkal di pinggir jalan perempatan Jalan Lingkar Selatan (JLS) Cilegon, pun tersenyum sumringah. “Alhamdulillah, ada yang ingat sama kita. Jarang-jarang anak muda kayak begini.”
Bagi sebagian warga, aksi ini bukan sekadar santunan. Ini pengingat bahwa empati belum punah di tengah hingar-bingar euforia masa remaja.
Karakter dari Lapangan, Bukan dari Buku
Lebih dari sekadar program sosial, kegiatan ini adalah wujud implementasi nilai-nilai dalam Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka. Kepedulian, keikhlasan, tanggung jawab sosial—semuanya dilatih bukan di ruang kelas, tapi di jalanan kota, tempat mereka bersentuhan langsung dengan realitas sosial.
“Ini bukan kegiatan terakhir,” tegas Pandu Dermawan, Pembina Pramuka di sekolah tersebut. “Kami sedang merancang kegiatan berkala. Bisa berupa pembagian makanan, bisa juga kerja bakti lingkungan. Yang pasti, kami ingin siswa belajar menjadi manusia yang berguna.”
Di tengah maraknya perayaan kelulusan yang berujung anarki, apa yang dilakukan para siswa SMK Maulana Hasanuddin layak dicontoh. Mereka menunjukkan bahwa euforia bisa dikemas dalam bentuk yang lebih bijak. Bahwa kelulusan bukan sekadar pencapaian, tapi juga panggilan—untuk mulai memberi kembali kepada masyarakat.
(Red*)
Posting Komentar