CILEGON, KBN.Com – Suasana di aula Kelurahan Ciwaduk, Kota Cilegon, Banten, siang itu terasa berbeda dari biasanya. Kamis, 22 Mei 2025, bukan hanya menjadi hari musyawarah pembentukan koperasi biasa. Di tengah puluhan tokoh masyarakat yang duduk berjejer, hadir pula perwakilan dari kementerian dan pejabat provinsi. Sebuah pemandangan yang jarang terlihat dalam forum kelurahan.
Mereka datang untuk menyaksikan lahirnya Koperasi Merah Putih Kelurahan Ciwaduk—salah satu dari sekian inisiatif lokal yang menjadi bagian dari program nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Program ini, yang dijalankan di tingkat daerah oleh para wali kota dan bupati, bertujuan menumbuhkan ekonomi rakyat dari bawah: dari kelurahan, kampung, hingga RT.
Yang membedakan pembentukan koperasi ini dengan forum serupa di wilayah lain adalah deretan tamu kehormatan yang hadir: dari Kementerian Desa, Kementerian Hukum dan HAM, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Banten, hingga Camat dan aparat keamanan. Mereka menjadi saksi langsung dari semangat gotong royong warga Ciwaduk yang ingin membangun kemandirian ekonomi lewat koperasi.
Sebanyak 50 peserta mewakili elemen masyarakat akar rumput: RT, RW, Karang Taruna, PKK, posyandu, dan tokoh pemuda. Dalam forum demokratis ini, lima orang ditetapkan sebagai pengurus koperasi. Dua lainnya ditunjuk sebagai pengawas, mendampingi Lurah Ciwaduk Nurul Hadiyati yang secara struktural akan bertindak sebagai Ketua Pengawas.
Nama Endit Barly, tokoh masyarakat yang dikenal ulet dan berpengalaman dalam kewirausahaan, meluncur nyaris tanpa perdebatan sebagai Ketua Koperasi. Aklamasi menandai kepercayaan penuh warga kepadanya.
“Koperasi Merah Putih ini adalah langkah awal untuk membangkitkan ekonomi rakyat berbasis kekeluargaan dan gotong royong,” kata Lurah Nurul dalam sambutannya.
Ia optimistis koperasi ini tak hanya akan menjadi tempat simpan pinjam atau usaha dagang biasa, tapi menjadi mesin penggerak ekonomi lokal yang mandiri dan berkelanjutan.
Program Koperasi Merah Putih sendiri bukan sekadar program pengembangan UMKM. Ia adalah simbol dari perubahan paradigma: dari ekonomi yang bergantung pada bantuan pemerintah ke ekonomi yang bertumpu pada inisiatif masyarakat.
Dengan menggabungkan semangat kebersamaan dan struktur organisasi modern, koperasi ini diharapkan mampu menjembatani kebutuhan masyarakat dengan peluang usaha yang lebih luas.
Wajah-wajah penuh harapan di Ciwaduk hari itu menandakan satu hal: perubahan sedang tumbuh dari bawah. Dan seperti sejarah panjang koperasi di Indonesia, perubahan itu bermula dari musyawarah dan rasa saling percaya.
(Gus/Red*)
Posting Komentar