Cilegon Luncurkan Rumah Setara: Tak Boleh Ada Diskriminasi Sejak Usia Dini


CILEGON, KBN.Com -
Komitmen untuk menciptakan layanan publik yang setara dan ramah disabilitas mulai ditunjukkan Pemerintah Kota Cilegon. Kamis (5/6/2025), pemerintah setempat resmi meluncurkan Rumah Setara, sebuah unit layanan terapi pertama di kota itu yang secara khusus diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).


Berlokasi di bekas Gedung UPT Balai Budaya Cilegon, kehadiran Rumah Setara menjadi tonggak penting dalam mewujudkan kota yang inklusif—di mana setiap anak, tanpa terkecuali, mendapat kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.


“Hari ini kita meresmikan Rumah Setara bukan hanya sebagai fasilitas terapi, tapi sebagai simbol bahwa pelayanan publik harus inklusif. Semua anak berhak mendapat perlakuan yang setara, tanpa diskriminasi, sejak dini,” tegas Wakil Wali Kota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo.


Hadir pula dalam kegiatan tersebut sejumlah pejabat daerah, di antaranya Sekretaris Daerah Maman Mauludin, Kepala Dinas Pendidikan Heni Anita Susila, serta perwakilan dari mitra swasta seperti PT Chitose Internasional dan Bank BJB Cabang Cilegon.


Inklusi Dimulai dari Pendidikan Usia Dini


Tak hanya berhenti pada peluncuran layanan, Pemerintah Kota Cilegon juga bertekad memperkuat inklusi melalui jalur pendidikan. Salah satu target jangka pendeknya adalah menjadikan setidaknya satu PAUD sebagai sekolah percontohan inklusif.


Langkah ini mencakup pelatihan guru pendamping khusus (GPK), pengadaan sarana yang ramah anak disabilitas, dan peningkatan kesadaran masyarakat. “Tidak boleh ada diskriminasi, bahkan sejak anak memasuki usia dini. Ini harus menjadi nilai dasar dalam pembangunan pendidikan kita,” kata Fajar.


Dari Data ke Aksi


Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Heni Anita Susila, pendirian Rumah Setara merupakan hasil perjuangan panjang sejak 2024. Ia menyebut, selama ini Cilegon belum memiliki gedung layanan disabilitas yang memadai. “Kami memulai dari keterbatasan. Tapi tekad kami adalah bergerak cepat, karena kebutuhan itu nyata,” ujarnya.


Langkah awal yang telah ditempuh antara lain asesmen terhadap 200 anak berkebutuhan khusus dan pelatihan teknis untuk guru pendamping. Namun, data Dapodik menunjukkan ada lebih dari 700 anak berkebutuhan khusus di wilayah Cilegon—angka yang jauh melebihi jumlah penerima layanan saat ini.


Untuk memperkuat layanan, pemerintah juga menjalin kerja sama lintas sektor. Melalui nota kesepahaman dengan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, DP3AKB, hingga RSUD Kota Cilegon, Rumah Setara menggandeng tenaga profesional seperti terapis, psikolog, dan pendamping anak.


Rumah Setara: Lebih dari Sekadar Gedung


Rumah Setara bukan sekadar tempat terapi. Ia adalah simbol dari arah baru kebijakan sosial: bahwa inklusi bukan tambahan, tapi bagian inti dari pelayanan publik. Di tengah masih maraknya diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di berbagai daerah, langkah Cilegon patut dicatat sebagai angin segar.


Namun, sebagaimana tantangan dalam kebijakan publik, peluncuran ini baru awal. Keberhasilan Rumah Setara akan sangat ditentukan oleh keberlanjutan dukungan anggaran, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta keterlibatan masyarakat dalam membangun lingkungan yang inklusif.


Wakil Wali Kota Fajar mengungkapkan dengan pernyataan yang mencerminkan visi jangka panjang kota ini: “Kita ingin membangun kota yang setara dan ramah untuk semua.”


Kini, janji itu menunggu pembuktian. Sebab inklusi bukan dibangun lewat seremoni, melainkan oleh langkah nyata yang konsisten—sejak anak memasuki usia dini.


(Rizky/Red*)

Post a Comment

أحدث أقدم