Oleh: Rahmatulloh / Kabag Kesra Kota Cilegon
Pergantian tahun kerap dimaknai sebagai momentum harapan baru. Namun, lebih dari sekadar perayaan, Tahun Baru 2026 semestinya menjadi waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah diri dan introspeksi. Evaluasi atas apa yang telah dilalui menjadi kunci untuk memastikan bahwa perubahan yang diharapkan benar-benar berujung pada perbaikan.
Rahmatulloh, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Kota Cilegon, menekankan pentingnya memanfaatkan momentum pergantian tahun sebagai sarana memperbaiki kualitas diri, baik secara pribadi maupun spiritual. Menurutnya, waktu adalah amanah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Ia mengutip nasihat Ali bin Abi Thalib yang relevan dengan semangat pergantian tahun.
“Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama saja dengan kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Barangsiapa hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia adalah orang yang celaka,” ujar Rahmatulloh.
Nasihat tersebut, kata Rahmatulloh, menjadi landasan penting bagi umat Islam untuk terus melakukan evaluasi diri. Pergantian tahun bukan sekadar bertambahnya usia, melainkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas amal, ketakwaan, serta pemanfaatan waktu agar menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Tantangan Zaman yang Kian Kompleks
Rahmatulloh menilai, tantangan hidup di era modern semakin kompleks. Perkembangan teknologi, derasnya arus informasi, serta budaya materialisme berpotensi memengaruhi kualitas iman seseorang jika tidak disikapi dengan bijak.
“Di tengah dunia yang semakin dinamis, manusia sering kali mudah terjebak dalam kelalaian. Padahal, teknologi sejatinya hadir untuk mempermudah aktivitas manusia. Semua bergantung pada bagaimana kita menggunakannya,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa teknologi memiliki dua sisi, positif dan negatif. Tanpa kendali iman dan akhlak, kemajuan teknologi justru dapat menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual.
Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidak datang suatu zaman kecuali zaman sesudahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya” (HR Bukhari). Hadis ini, menurut Rahmatulloh, menjadi pengingat agar manusia tidak terlena oleh kemajuan zaman, tetapi justru semakin memperkuat iman.
Iman sebagai Fondasi Kehidupan
Perubahan ke arah yang lebih baik, lanjut Rahmatulloh, tidak hanya diukur dari tingkat ketaatan ritual semata. Lebih dari itu, perubahan iman harus tercermin dalam pola pikir, sikap, dan perilaku yang selaras dengan ajaran agama.
Keimanan yang kuat akan menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi tekanan hidup. Iman juga memberi arah dan makna dalam setiap keputusan yang diambil, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Menurutnya, membangun kualitas iman adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesungguhan dan konsistensi. Namun, hasilnya sangat berharga, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar.
“Mari kita jadikan momentum pergantian tahun ini sebagai waktu untuk bertumbuh, bukan hanya secara pribadi, tetapi juga secara spiritual. Dengan meningkatkan keimanan, kita tidak hanya memperoleh ketenangan batin, tetapi juga mampu memberi dampak positif bagi masyarakat,” pungkas Rahmatulloh.

إرسال تعليق