CILEGON, KBN.COM - Musim hujan yang datang bersamaan dengan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kembali menjadi penanda kewaspadaan di Kota Cilegon. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang kerap menyertai curah hujan tinggi di akhir tahun.
Kepala BPBD Kota Cilegon, Suhendi, mengatakan bahwa seluruh informasi cuaca selama periode Nataru mengacu pada data resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Setiap pembaruan cuaca yang dirilis BMKG, khususnya untuk wilayah Banten, diteruskan kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya mitigasi dini.
“Setiap hari kami meng-update informasi dari BMKG. Kondisi cuaca di wilayah Banten, termasuk Kota Cilegon, terus kami sampaikan ke masyarakat agar bisa menjadi dasar kewaspadaan,” kata Suhendi, Sabtu, 13 Desember 2025.
Cilegon, menurut Suhendi, termasuk daerah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi. Saat musim hujan, ancaman banjir, tanah longsor, angin puting beliung, hingga pasang air laut dan rob menjadi risiko yang tak bisa diabaikan.
“Potensi banjir biasanya meningkat saat musim hujan. Ini perlu menjadi perhatian bersama, bukan hanya pemerintah,” ujarnya.
Berdasarkan laporan para lurah dan camat, hampir seluruh kecamatan di Cilegon memiliki potensi bencana, meski tidak seluruh kelurahan terdampak secara merata. Di Kecamatan Cibeber, kawasan sepanjang Sungai Cibeber—termasuk PCI Blok D—kerap dilanda banjir. Di Kecamatan Jombang, wilayah Jombang Wetan juga menjadi titik rawan akibat luapan sungai.
Sementara itu, di Kecamatan Purwakarta, kawasan sekitar SMPN 12 Cilegon hampir setiap musim hujan terdampak banjir. Di Kecamatan Ciwandan, genangan kerap terjadi dari Kebonsari hingga Tegal Ratu, termasuk di depan Koramil Ciwandan, yang dipicu tersumbatnya aliran air.
Untuk menekan risiko bencana, BPBD bersama perangkat daerah terkait menjalankan berbagai langkah mitigasi. Normalisasi sungai oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) terus dilakukan. Pemerintah juga membangun dan memanfaatkan tandon air di sejumlah titik strategis seperti Semenaja, kawasan Metro, dan Ciwaduk.
“Tandon air ini berfungsi menahan debit air saat hujan besar. Upaya struktural ini sudah kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Suhendi.
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) turut melakukan penataan kawasan untuk mengurangi wilayah rawan banjir. Di sisi nonstruktural, BPBD rutin menggelar sosialisasi dan simulasi kebencanaan, menyebarkan informasi peringatan dini, serta menyiapkan personel, peralatan darurat, dan logistik sebagai bagian dari kesiapsiagaan.
Ancaman bencana tak berhenti pada banjir. Wilayah rawan longsor juga menjadi perhatian serius BPBD. Kecamatan Pulomerak, Grogol—khususnya Gerem—Taman Sari, Batu Bolong, Link Suka Senang, hingga kawasan Merak dinilai rawan longsor karena kontur perbukitan. Risiko serupa juga ditemukan di Lebak Gede dan Cikerai, terutama akibat aktivitas galian C yang memengaruhi stabilitas tanah.
Menutup keterangannya, Suhendi mengimbau masyarakat agar tetap waspada tanpa kepanikan dalam menghadapi musim hujan dan libur Nataru.
“Kami mengimbau warga Kota Cilegon untuk berhati-hati terhadap potensi banjir, longsor, angin kencang, dan pasang air laut. Hindari aktivitas di sungai saat hujan deras, waspadai lereng dan perbukitan, jangan berteduh di bawah pohon saat hujan disertai petir, dan selalu ikuti informasi resmi dari pemerintah,” katanya.
(Rizky/Red*)

إرسال تعليق