CILEGON, KBN.COM — Riuh tawa dan aroma masakan memenuhi area perkemahan saat para pengurus Kwarcab Kota Cilegon berkumpul dalam kegiatan Orientasi Kepramukaan. Di sudut-sudut tenda, kesibukan tampak sejak pagi: ada yang sibuk mencuci bahan, menyiapkan bumbu, hingga menjaga tungku kayu agar api tetap menyala.
Inilah salah satu momen yang selalu ditunggu dalam tiap kegiatan Pramuka—tradisi masak kelompok, sebuah kegiatan sederhana yang justru menjadi ruang penting untuk membangun kebersamaan.
Bertempat di D’ Mangku Farm, Desa Angsana, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, para pengurus tampak antusias. Di tengah peralatan serba terbatas, mereka harus memutar otak agar bisa menyajikan hidangan terbaik. Menu khas perkemahan seperti nasi liwet, sayur asem, hingga masakan improvisasi ala kelompok membuat suasana semakin hidup.
“Kegiatan memasak ini bukan hanya soal makan bersama, tapi bagaimana menumbuhkan rasa akrab antar pengurus, belajar bekerja dalam tim, dan mengatur waktu,” ujar Kak Rozkin, salah satu pengurus Kwarcab Cilegon, Sabtu (29/11/2025).
Tanpa kompor lengkap atau dapur nyaman, para peserta memaksimalkan alat seadanya: panci lapangan, kompor spiritus, hingga tungku kayu yang mereka susun sendiri. Justru dalam keterbatasan itu kreativitas muncul.
Dan seperti biasa, hasil masakan menjadi cerita tersendiri—ada yang terlalu asin, gosong, atau justru lebih enak dari masakan rumah. Namun semua menjadi pengalaman yang memupuk keberanian untuk mencoba.
“Senang banget bisa masak bareng teman-teman pengurus. Walaupun sempat rebutan air dan bawangnya pedes banget, tapi seru dan pasti kangen momen kayak gini,” tambah Rozkin sambil tertawa.
Tradisi masak ini bukan sekadar pengisi waktu. Dalam kepramukaan, memasak di alam terbuka menjadi simbol kemandirian—bahwa seorang Pramuka harus tangguh, mampu beradaptasi, dan siap menghadapi tantangan di lingkungan mana pun.
(Rizky/Red)
Posting Komentar