CILEGON, KBN.Com - Alun-Alun Kota Cilegon berubah jadi lautan penonton. Goyang dangdut menggema di udara, disambut sorak dan tepuk tangan yang menggelegar. Bukan sekadar konser biasa—akhir pekan ini menjadi saksi sejarah berdirinya kepengurusan baru Persatuan Artis Musik Dangdut Indonesia (PAMDI) Kota Cilegon, yang disambut dengan pesta rakyat bertajuk Festival Dangdut se-Banten.
Minggu malam, 27 Juli 2025, menjadi malam puncak: Deden Rusmanto resmi dikukuhkan sebagai Ketua PAMDI Kota Cilegon. Ia dilantik bersama para pengurus baru, disambut sorotan lampu panggung dan penampilan puluhan seniman dangdut dari berbagai daerah.
“Alhamdulillah, kami gelar festival sejak Jumat. Total ada 70 peserta dari berbagai kota dan kabupaten se-Banten,” ujar Maman Herman, Ketua Pelaksana, didampingi Wakil Ketua Hilman Setiaji, Sabtu malam (26/7/2025). Di atas panggung megah, Maman menegaskan: ini bukan hanya soal seni, tapi soal perlawanan terhadap lesunya semangat budaya lokal.
Hadiah Jutaan dan Gengsi Piala Wali Kota
Tak main-main, gelaran ini menyuguhkan hadiah total belasan juta rupiah. Juara 1 berhak atas uang tunai Rp5 juta, trofi, dan Piala Bergilir Wali Kota Cilegon—sebuah simbol prestise yang menjadi rebutan. Juara 2 membawa pulang Rp3 juta, dan juara 3 meraih Rp2 juta, plus hadiah hiburan untuk juara harapan.
Lebih dari sekadar lomba, panggung ini menjadi ruang ekspresi musisi lokal, sekaligus etalase kekuatan musik dangdut di tanah Banten.
UMKM Ikut Naik Panggung, Tak Mau Kalah Goyang
Bukan hanya seniman yang tampil, para pelaku ekonomi pun ikut berjaya. Sebanyak 50 gerai UMKM hadir menebar aroma kuliner khas Cilegon, dari pecel debus hingga keripik sambel setan. Produk kerajinan tangan hingga aksesoris lokal pun tak luput dari serbuan pengunjung.
“Seni dan ekonomi bisa seirama, tidak harus saling mendahului. Festival ini bukti nyatanya,” ujar Maman, menatap deretan stan UMKM yang ramai dijejali pembeli.
Disokong Pemkot, Disponsori Swasta, Digemakan Media
Kesuksesan acara ini tak lepas dari peran besar Pemkot Cilegon. Pemerintah menurunkan segala daya: izin lokasi dari Dinas Perkim, konsumsi dari Bagian Umum, dukungan teknis seperti live streaming dan drone dari Diskominfo, hingga fasilitas genset demi kelancaran acara.
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada Wali Kota Robinsar-Fajar. Tanpa beliau, panggung ini tak akan semegah ini,” ucap Maman penuh haru. Ia juga menyebut sponsor seperti Bank BJB, Mandiri FM, Fiber Data Nusantara, hingga Studio Musik lokal sebagai ‘pahlawan senyap’ di balik layar.
Agenda Tahunan atau Sekadar Euforia?
Kini, PAMDI Cilegon memancang harapan: agar festival ini tak berhenti di satu momen. Mereka ingin menjadikannya agenda tahunan, ajang pemersatu seniman Banten. Tapi pertanyaannya: apakah euforia ini bisa terus menyala di tengah tantangan industri musik lokal yang makin sepi perhatian?
“Ini baru awal. Kami akan jadikan PAMDI bukan sekadar nama organisasi, tapi rumah bagi semua seniman dangdut di Banten,” tutup Deden Rusmanto dengan suara lantang dari atas panggung.
Dan malam itu pun berakhir dengan tepuk tangan panjang—bukan hanya untuk mereka yang menang lomba, tapi juga untuk semangat yang tak pernah padam: Dangdut bukan sekadar musik, tapi denyut nadi rakyat.
(Din/Red*)
Posting Komentar