Kembali ke Pabrik, Buruh Bungasari Cilegon Akui Menyesal Ikut Aksi: “Saya Butuh Nafkah, Bukan Konflik”


CILEGON, KBN.Com —
Puluhan buruh outsourcing menggelar aksi solidaritas di depan pabrik PT Bungasari Flour Mills, Selasa (17/6/2025). Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa biasa. Di antara spanduk bertagar #SaveBungasari dan #KamiBersamaHajiHikmatullah, terpancar kegelisahan kelas pekerja yang khawatir kehilangan mata pencaharian.


Namun di balik aksi solidaritas itu, cerita lain justru datang dari sejumlah buruh tetap yang sempat ikut mogok, namun kini memilih kembali masuk kerja. Mereka membawa suara kejujuran, penyesalan, dan kesadaran atas pentingnya keberlanjutan kerja.


“Saya Ikut-ikutan, Sekarang Menyesal”


Hamsori, karyawan tetap bagian produksi, mengaku sempat terlibat dalam aksi mogok yang dipicu oleh isu internal perusahaan. Namun kini ia memilih kembali ke jalur kerja.


“Awalnya ikut aksi karena ikut-ikutan. Tapi setelah beberapa hari, saya sadar—kerja itu susah dicari,” ujarnya lirih saat ditemui di area pabrik. “Saya bersyukur manajemen masih menerima kami kembali.”


Menurutnya, keputusan kembali bekerja bukan karena tekanan, melainkan karena realitas ekonomi yang menuntut. “Saya punya anak dan istri. Harus realistis. Konflik panjang tidak menyelesaikan apa-apa kalau ujungnya kami tidak bisa makan,” ujarnya.


“Relokasi Itu Masih Wacana, Tapi Perut Kami Nyata Lapar”


Adi C., teknisi di bagian maintenance, juga menyampaikan alasan serupa. Ia menilai tuntutan relokasi perusahaan yang menjadi pemicu mogok terlalu jauh dari realita hidup yang ia jalani sehari-hari.


“Yang mereka perjuangkan itu relokasi. Tapi kami ini mikirin makan hari ini dan besok. Saya kembali kerja bukan karena takut, tapi sadar, saya butuh nafkah,” katanya. Ia mengaku datang atas kemauan sendiri dan tak merasa ditekan pihak mana pun.


Bagi Adi C, aksi solidaritas para buruh outsourcing dan respons positif dari manajemen menjadi titik balik. “Kita lihat banyak orang di luar pagar yang justru ingin kerja. Masa kita yang sudah punya kerja, malah meninggalkannya?” ucapnya.


Aksi Damai dan Dukungan ke Tokoh Lokal


Di sisi luar pagar, puluhan buruh outsourcing dari mitra PT Tri Daya tetap berdiri dalam barisan damai. Mereka membentangkan pesan dukungan untuk pabrik dan tokoh lokal, Haji Hikmatullah, anggota DPRD Kota Cilegon, yang mereka nilai membantu menjembatani dialog tanpa intimidasi.


Mansur, perwakilan buruh outsourcing, menyampaikan harapannya agar konflik internal perusahaan tidak merugikan pihak luar seperti mereka.


“Outsourcing itu dibayar kalau kerja. Kalau tidak ada kegiatan, ya tidak ada pemasukan. Kami ingin pabrik tetap beroperasi. Jangan tarik kami ke urusan yang bukan tanggung jawab kami,” katanya.


Ia juga membantah isu penabrakan yang menyeret nama Haji Hikmatullah. “Itu hoaks. Beliau cuma dihalangi saat ingin masuk pabrik. Jangan dijadikan kambing hitam,” ujarnya.


Ruang Maaf dan Harapan Baru


Damara, buruh tetap yang juga sempat terlibat dalam aksi mogok, mengaku kini menyesali tindakannya. “Saya terlalu emosional. Padahal saya punya anak, istri, dan orang tua yang saya tanggung,” katanya dengan mata berkaca-kaca. “Saya cuma ingin diberi kesempatan kedua.”


Sejumlah buruh berharap manajemen perusahaan tetap membuka ruang dialog dan memberikan kesempatan bagi mereka yang telah kembali.


“Kami ingin kerja seperti biasa. Tidak lagi memihak siapa-siapa. Yang kami perjuangkan sekarang cuma satu: bisa bekerja dan pulang membawa rezeki yang halal,” tutup Hamsori.


(Rizki/Red*)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama