Dari Desa ke Balai Kota: Kisah Camat Maman Herman, Anak Kampung yang Kini Jadi Camat Cilegon


CILEGON, KBN.Com —
Tak ada yang menyangka, seorang anak kampung dari Desa Bolang, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, kini menjabat sebagai Camat di pusat kota industri Cilegon. Dialah Maman Herman, sosok inspiratif yang membuktikan bahwa ketekunan dan doa ibu bisa menembus batas keterbatasan.


Maman lahir dan besar di lingkungan desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Ia memulai pendidikannya di SDN Pontang 1, lalu melanjutkan ke SMPN 1 Pontang. Namun di kelas 3, ia pindah ke SMPN 4 Serang, dan berhasil lolos ke SMAN 1 Serang lewat jalur NEM—salah satu dari hanya delapan siswa SMPN 4 yang berhasil tembus.


Kecintaannya pada pendidikan tak main-main. Ia kerap menjadi juara kelas, tapi tak pernah merasa tinggi hati. "Saya tahu, di atas langit masih ada langit," ungkapnya.


Bingung Saat Diminta Menggambar Eskalator


Ada satu momen lucu sekaligus menyentuh dalam hidupnya: saat mengikuti tes masuk jurusan Seni Rupa ITB pada 1990, ia diminta menggambar... eskalator.


"Masalahnya, waktu itu saya belum pernah lihat eskalator. Di Cilegon, eskalator baru ada sekitar tahun 1997," kenangnya sambil tertawa. Ia pun gagal masuk ITB, namun tidak berhenti berjuang. Akhirnya, ia kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).


Dari Tukang Fotokopi ke Pegawai Negeri


Sembari kuliah, Maman mencoba peruntungan menjadi tenaga kontrak di Pemkot Cilegon. Ia ditugaskan memfotokopi dokumen. Di balik tugas sederhana itu, ia tetap menunjukkan totalitas. "Kerja itu ikhlas, bukan soal uang," katanya.


Namun jalan kariernya penuh liku. Ia sempat ditolak kerja dua kali di Lampung, dua kali di Bandung, dan lima kali di Jakarta. Titik balik terjadi saat reformasi 1998. Ia ikut tes CPNS dan diterima. Ia menduga, keberuntungan itu bukan semata usahanya, tapi juga doa sang ibu.


"Sebelum saya daftar, almarhumah ibu pernah menunjuk ke arah gedung Pemkot Cilegon yang sedang dibangun. Beliau bilang, 'Ya Allah, semoga anak saya bisa kerja di situ'," ucapnya, mata berkaca-kaca.


Jadi Lurah karena Izin Istri


Kariernya melesat. Setelah menikah, ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi di Kelurahan Kotasari—saat Cilegon baru memiliki dua kelurahan. Ia dikenal sebagai pegawai telaten, bahkan ditawari jadi lurah oleh atasannya. Namun ia menolak—karena ingin jadi lurah di usia 35, sesuai permintaan istrinya.


Tahun 2007, ia dipindah ke Dinas Sosial sebagai Kasi Beasiswa. Tak lama, ia diangkat jadi Lurah Bendungan. "Katanya cuma sementara, ternyata hampir 12 tahun," ungkapnya sambil tertawa.


Lurah Dermawan dan Pegiat Gotong Royong


Selama menjadi lurah, Maman punya kebiasaan unik: *yatiman*—santunan untuk anak yatim setiap Jumat. Ia keliling kampung, mengundang anak yatim ke masjid, lalu memberi mereka uang jajan Rp 20 ribu. Dana berasal dari warga dan kelurahan.


"Sudah empat masjid yang meniru kegiatan ini. Kami ingin berbagi kebahagiaan, walau sederhana," jelasnya.


Ia juga menggiatkan gotong royong. Selepas subuh, ia menggerakkan warga membersihkan selokan dan menanam pohon. Ia mempercantik wilayah dengan mengecat trotoar dan menghijaukan jalan-jalan di Kota Cilegon.


Aktif dalam Kegiatan Keagamaan


Selain urusan pemerintahan, Maman aktif menghadiri pengajian di berbagai kelurahan. Setiap tahun, ia mengajak para ketua DKM mengikuti wisata religi, untuk belajar manajemen masjid.


Kebiasaannya itu membuatnya akrab dengan para ulama dari berbagai organisasi Islam seperti MUI, Adz-Dzikra, dan lainnya.


"Mereka sering mendoakan saya agar jadi lurah. Alhamdulillah, doa mereka terkabul," katanya.


Resmi Menjabat Camat Cilegon


Perjalanan panjang itu akhirnya mengantarkannya ke puncak karier di level kecamatan. Pada 22 Februari 2022, Maman Herman resmi dilantik sebagai Camat Cilegon.


Kini, ia terus mengajak masyarakat bersinergi menjaga lingkungan dan memperkuat harmoni sosial. "Mari bantu pemerintah menciptakan kota yang bersih, nyaman, dan penuh semangat gotong royong," pungkasnya.


(Rizky/Red*)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama